Follow Us @curhatdecom

Kamis, 21 Januari 2016

Sebuah Mimpi Yang Baru...

Kalau kata orang sih ya, gak akan ada asap kalau gak ada apinya. Nah begitu juga dengan hobi, pasti ada latar belakang orang punya minat tertentu terhadap sesuatu. Kalau melihat sejarah keluarga, sebetulnya gak ada satupun yang mewarisi hobi membaca. Emak sama Babeh gak pernah tuh ngasih stimulus tertentu ke anak-anaknya supaya punya hobi baca buku.

Tapi, waktu jaman sekolah dulu babeh yang peduli banget sama pendidikan anak-anaknya setiap tahun ajaran baru selalu ngajak anak-anaknya ke toko buku buat beli buku pelajaran. Meski keluarga kami sederhana, babeh selalu mengutamakan segala hal yang menunjang pendidikan anak-anaknya, termasuk menyediakan buku pelajaran yang tidak disediakan sekolah.

And you know what? Gue ngerasa jadi anak paling pinter disekolah karena LKS gue selalu terisi karena adanya buku-buku refrensi yang lebih lengkap daripada LKS atau buku paket sekolah. Dari situ gue mulai tertarik sama buku.

Ketertarikan gue sama buku pun berkembang ke buku-buku cerita. Gue selalu gak sabar menanti datangnya hari kamis. Kenapa kamis? Karena kamis adalah jadwal perpustakaan sekolah dibuka. Kalau dunia SD gue sekritis sekarang, mungkin akan keluar argumen “Ngapain bikin perpustakaan sekolah kalau gak dibuka. Perpustakaan Cuma sebagai hiasan kalau ada kunjungan dari Dinas Pendidikan. Itu Perpus apa pajangan?” hihihi

Tapi ya nyatanya meski dibuka hanya seminggu sekali, gak mengurangi antusias gue buat minjem buku-buku kumpulan cerita rakyat.

Sejak itu gue suka baca terutama karya-karya fiksi. Di masa SMP gue juga suka baca cerpen di majalah remaja, mulai nulis juga cerpen untuk dikirim. Tapi baru sekali kirim, ditolak, nyerah. Akhirnya lebih milih nulis di buku tulis, di baca dan di apresiasi teman-teman SMP sampai mendapat perhatian khusus dari guru pengawan UN karena asyik nulis cerpen di kertas buram matematika di tengah ujian hahaha.

Mulai SMA masih suka berkhayal dengan nulis cerpen sendiri, masih dibaca dan di apresiasi teman-teman yang gak suka baca jadi suka baca. Bahkan sampai diberi kepercayaan sama guru bahasa indonesia buat ikut lomba dan jadi pimred mading sekolah.

Eeeeeh... ternyata besar juga ya efek suka membaca gue. Padahal baru sampai SMA loh, belum sampai usia kepala dua, berumah tangga, sampai akan punya anak. Hahaha...

Waktu di SMA gue memutuskan hijrah, pakai jilbab. Dan mendalami Islam secara mandiri. Waktu itu yang jadi “penolong” adalah sebuah toko buku kecil bernama At-Taufiq. Buku-buku yang dijual adalah buku-buku islam. Cerpen-cerpen yang kebanyakan ditulis oleh kader-kader Organisasi kepenulisan bernama FLP (Forum Lingkar Pena). Di toko buku ini juga akhirnya gue ketemu sama orang yang jadi temen gila-gilaan bareng, temen malam mingguan (dikala kami masih sama-sama jomblo), temen nonton, temen touring (meski Cuma sampe bogor), temen curhat (udeh pasti), sampe temen jatuh dari motor kwkwkwkw.

Sebut saja namanya Ben, dari nama penanya Bening Sanubari.

Si Ben ini juga yang memperkenalkan gue sama organisasi FLP. Kami pun sama-sama aktif di FLP Depok, dan sama-sama terlibat aktif mengelola taman bacaannya.

Gue yang waktu itu “salah masuk jurusan” pas kuliah, merasa menemukan titik terang dalam hidup ini. Bahwa jika kita khusnudhan sama Allah gak ada satupun yang salah. Karena ternyata salah masuk jurusan plus mengelola taman bacaan seperti benang merah yang saling mengait. Karena dua faktor ini gue nemu apa yang jadi passion gue, apa yang jadi tujuan hidup gue, dan apa yang gue harus lakukan untuk hidup menjadi orang yang bermanfaat.

Sejak mengelola Taman Bacaan Masyarakat Rumah Cahaya FLP Depok, gue gak cuma mengelola tapi gue menemukan passion gue ke anak-anak. Sebetulnya sih gue agak terprovokasi sama tulisan Tere Liye yang seringkali menyebutkan bahwa “anak-anak menyimpan masa depan yang lebih baik” jika sejak kecil sudah ada yang bertanggung jawab memfasilitasi mereka dengan lingkungan yang baik.

Sekarang orang banyak ngeluh tentang pemerintah, tentang temannya, tentang lingkungannya dsb. Tapi sedikit sekali orang yang bergerak merubah keadaan. Menurut gue kalau udah terlanjur besar sih ya, alot juga merubah orang hehehe. So mending mengarahkan anak-anak agar dewasanya tidak tumbuh jadi orang yang “nyebelin”.

Lewat taman bacaan gue bermaksud memfasilitasi anak-anak yang ortunya gak sanggup beliin buku yang katanya mahal. Mamfasilitasi anak ruang bermain dan belajar. Dan karena mereka akhirnya gue jadi pendongeng. Karena mengarahkan mereka lewat bercerita lebih efektif daripada ngomel-ngomel.
Setelah menikah dan diboyong suami ke pulau seberang, gak ada yang lebih gue inginkan selain membuka taman bacaan dirumah. Buku-buku koleksi gue yang di Jakarta diboyong ke Banjarmasin. Jumlahnya ada sekitar lima ratusan. Bukunya beragam, mulai dari penerbit umum sampai Penerbit Buku Perempuan. Selain ingin buka taman bacaan, alasan lain gue boyong itu buku adalah karena orang rumah kurang minat sama buku. Hampir ajah itu buku diloakin, atau rusak dimakan rayap.

Yang bikin tambah seneng dan semangat adalah karena suami juga dukung. Karena target utama adalah anak-anak dan akan segera hadir si buah hati, maka gue mulai nyicil beli buku anak. Agak sedih sih karena harga buku di luar pulau jawa jelas berbeda. Tapi rupanya ada kawan-kawan FB yang kece hobi jual buku murce (murah ceria).

Pengen rasanya lebih bijak mengatur pengeluaran rumah tangga. Supaya bisa menganggarkan lima ratus ribu tiap bulan buat belanja buku. Sementara sih masih dua ratus ribu paling mentok. Tapi itu juga udah bersyukur.

Karena dalam kondisi berbadan dua, keinginan launching Taman Bacaan berjalan sangat lambat. Maklum, bumil dikit-dikit capek soalnya. Dan urusan launching ini pengennya gak sekedar launching. Setiap bulan mau ada dongeng bulanan, supaya menstimulus masyarakat untuk datang ke Taman Bacaan. Pengen urus izin ke Dinas Pendidikan supaya kalau ada kegiatan terkait literasi bisa dapet info. Pengen terdata secara baik koleksi buku-bukunya supaya lebih rapi administrasinya. Pengennya banyak, tapi belum ada yang bantu hehehe...

So santai saja...

Tapi semoga ini bukan hanya mimpi yang bertepuk sebelah tangan. Besar harapan masyarakat menyambut baik dan ikut terlibat. Sehingga generasi kita akan tumbuh menjadi generasi yang gemar membaca. Doakan ya TBM Kamar Buku Si Edu bisa segera launching.... :)

Meskipun buku udah lima ratusan. Tapi masih terus berupaya menambah koleksi, misalnya buku-buku dari Stilletto Book. Selain anak-anak, nantinya TBM ini juga maunya di ramaikan sama ibu-ibu. Mau di ajak Nge-craft bareng supaya bisa nambah skill.


Nama Lengkap: Siska Puspitasari
Facebook : De Pita
Email : dongengkakpita@gmail.com atau dongengsiedu@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar