Follow Us @curhatdecom

Kamis, 16 Juni 2016

Ramadhan di Banjarmasin Sarat Toleransi: Kulinerlah Pada Tempatnya

Suasana Pasar Wadai Banjarmasin

Ramenyooooo kisah tentang para pedagang makanan yang dirazia petgas SATPOL PP karena berjualan di bulan suci Ramadhan. Banyak yang menghujat, membela, bahkan membuat gerakan donasi untuk di si pedagang. Terus muncul lagi komentar tandingan yang semula hujat SATPOL PP sekarang gantian hujat yang bikin gerakan donasi.

Eeeeeh gue bukan mau ikut-ikutan hujat ya. Gue Cuma mau cerita tentang suasana ramadhan di kota yang punya julukan kota seribu sungai, Banjarmasin. Satu setangah tahun sudah gue di Banjarmasin ikut suami yang penempatan dinas disini.

Tahun lalu sempat syock dengan kenyataan “pahit” bahwa setiap Ramadhan rumah makan di sini HARUS TUTUP. Gak Cuma pedagang kecilnya loh, tapi juga aneka restoran fast food juga. Baik yang di pinggir jalan maupun yang di mall. Iya serius yang di mall juga tutup.

Kalau dulu di Jakarta masih ada warung fast food yang buka tapi menghormati yang puasa di tutup tirai, kalau disini bener-bener tutup semua. Bahkan tidak melayani delivery order. Meski demikian karyawannya tetap masuk. Tapi gak ngapa-ngapain. Di mall karyawannya Cuma beberes atau tidur-tiduran hahaha.
Aneka Wadai Tradisional
Tapi serius deh, kalau lagi gak puasa dan gak punya bahan makanan jadi tersiksa sendiri. Eh gak Cuma di Banjarmasin loh, kayaknya seluruh Kalsel begitu deh. Soalnya waktu nemenin suami perjalanan dinas ke Kota Baru, gue yang kebetulan gak puasa kelaperan berat. Tapi gak nemu satupun rumah makan yang buka. Akhirnya sampai di rumah dinas salah satu karyawan Bulog gue numpang rebus mie instant hahaha..

Warung-warung dan toko baru boleh beroperasi sekitar jam 3 sore. Dan you know what? Jangan harap bisa duduk manis di tempat makan kalau belum pesan atau mantengin dari jam 3 sore di saat bulan ramadhan. Entah bagaimana, animo buka bersama di luar rumah seperti jadi keharusan disini.

Oh iya orang Banjar punya budaya makan di luar sih. Makanya kalau jalan-jalan ke Kalimantan Selatan, Banjarmasin khususnya maka akan banyak dijumpai warung-warung pinggir jalan yang menjual nasi bungkus. Konon dulu sebelum berangkat bekerja (para petani) mereka selalu mampir ke warung nasi untuk sarapan. Mereka memilih sarapan diluar agar tidak merepotkan orang rumah. Selain itu di warung mereka bisa bertemu tetangga dan teman untuk silaturahmi dan berbagi cerita.

Nasi bungkusnya biasanya sih nasi kuning/putih dengan iwak haruan (ikan gabus) di masak bumbu habang (merah). Atau ada juga yang isiannya intalu (telur) bumbu habang, atau ayam bumbu habang.
Banjarmasin juga menurut gue adalah surganya makanan hahaha. Selain makanan khasnya, disini juga kaya dengan kuliner wadai (kue). Dan semuanya enyaaaaaak. Namanya juga aneh-aneh hahaha. Setiap Ramadhan, di berbagai tempat menggelar Pasar Wadai.

Ramadhan tahun ini akhirnya gue dapat kesempatan jalan-jalan ke pasar Wadai yang diselenggarakan pemerintah kota. Letaknya di depan kantor walikota. Bukan sekedar bazar kecil loh, puluhan tenda di pasang di sepanjang Jl. RE Martadinata.


Ratusan pembeli berdesakan berburu menu untuk berbuka puasa. Sebab disini jadi ajang melepas rindu kuliner yang sudah jarang ditemui di Banjarmasin. Selain itu memang ada beberapa makanan yang memang hanya bisa dijumpai di bulan Ramadhan saja.

Disini juga lengkap, dari penjual makanan tradisional, makanan modern ala korea, barat, jepang sampai mesir juga ikut meramaikan stand.

Sebetulnya sih selain biar kekinian (hahaha sebetulnya penasaran ajah sih jalan-jalan ke Pasar Wadai) gue juga mau berburu makanan khas Banjarmasin yang gue suka banget dari salah satu pengrajin yang terkenal, yaitu wadai bingka. Tapi ternyata sampai sana sudah kehabisan saking larisnya.
Aneka Makanan Tradisional Khas Banjarmasin
Akhirnya pilihan jatuh pada wadai yang namanya bikin gue muter otak mencerna kata per kata. Yaitu Sari Muka Lakatan. Baru ngeh dengan namanya pas suami yang mendiktekan kwkwkw. Logat asli banjar penjualnya bikin gue roaming parah. Kata suami lakatan itu lengket artinya. Wadai ini terdiri dari dua lapis kue. Lapisan atas kue lembut mirip bingka, sedangkan bawahnya ketan. Rasanya? Enyaaaaaak hehehe
Kue Lakatan (doc.Google)
Selain stand bazar juga ada panggung hiburannya loh. Jadi sesekali panggung di isi dengan hiburan dan juga berbagai promo stand yang di informasikan oleh MC.
Panggung Hiburan
Yah kalau bukan karena rame bin padet sih, pengennya setiap hari kesana buat nyobain satu-satu wadai disana hehehe. Tapi kasihan Umaro diajak berdesak-desakan. So seru kan Ramadhan di Banjarmasin...

2 komentar:

  1. Ahhahahaa... Asik nih tulisannya kak pita.

    Ooh, ada budaya makan di luar jg ya. Ky orang sono ya, spy breakfast-nya ga repot, jdnya makan di key-ef-ci

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ho-oh kek orang sonoh, tapi ini lebih asyik hehehe

      Hapus