Follow Us @curhatdecom

Selasa, 02 Agustus 2016

Ternyata si Kecil Cuma Butuh 3 Kebutuhan Dasar Ini Loh

Dra Ratih Ibrahim M.M. Psi.

Lagi-lagi gue merenung, di mana ya gue bisa belajar jadi orangtua? Adakah sekolah untuk orangtua? Guru terbaik merawat Umaro adalah dengan pengalaman, tapi pengalaman yang mana? Pengalaman orang kadang malah bikin baper. Sampai yang bisa gue katakan pada bayi merah yang belum lima menit menghirup udara langsung bernama Arsa Umar Syahid Elqossam adalah “Nak kita sama-sama belajar ya.”

Kebanyakan orangtua pasti inginkan yang terbaik buat buah hatinya. Definisi terbaik yang semestinya adalah segala sesuatu yang dia butuhkan bukan dia inginkan atau sekedar orangtua inginkan. Kadang sebagai orangtua kebutuhan fisik menjadi yang paling sering diperhatikan. Tentang apa yang dipakai, terlihat bagus atau tidak, dan sebagainya. Ternyata bukan pakaian yang bagus, rumah yang mewah, kendaraan yang nyaman yang menjadi kebutuhan dasar si kecil. Baca juga Ini

Tiga kebutuhan dasar itu adalah:
  •  Cinta Ayah dan Bunda 
Ketika tercetus kata cinta, pasti yang terlintas sesuatu yang berhubungan dengan kasih sayang. Cinta tidak harus melulu tentang sepasang pria dan wanita yang memadu kasih. Cinta menjadi kebutuhan bagi setiap manusia bahkan bayi sekalipun. Mungkin saat kita ingin memiliki anak, ekspektasi kita adalah hadirnya sosok lucu penerus garis keturunan di tengah-tengah kita. Nyatanya kehadiran anak justru sebetulnya menambah “kerepotan” dalam rumah tangga. Sehingga tidak jarang bisa membuat stress orangtua, khususnya Bunda yang 24 jam mengasuh si kecil. Nah rasa stress itu bisa menjadi pemicu perasaan marah, tidak terima dsb pada diri Bunda kepada si kecil. Akhirnya perasaan cinta Ayah dan Bunda tidak dapat dirasakan si kecil.



Cinta Ayah dan Bunda adalah basic trust yang dibutuhkan setiap orang. Jika basic trust ini dimiliki si kecil maka dia akan tumbuh dengan emosi positif dan rasa aman. Apakah kita dibesarkan dengan cinta Ayah dan Bunda? Mungkin sebagian ada yang iya dan ada yang tidak. Jika kita merasa orangtua kita tidak mendidik kita dengan cinta tulus, maka jangan biarkan anak-anak kita menjadi kita saat kecil. Jaman dulu tidak seperti sekarang yang kita bisa mengakses ilmu-ilmu parenting secara online dan offline. Orangtua kita dulu belajar secara otodidak untuk menjadi orangtua.
  • Nutrisi


Agar bisa tumbuh sehat tentunya si kecil juga butuh asupan yang sehat. Pemberian ASI secara eksklusif merupakan modal utama si kecil memulai kehidupan awalnya dilanjut pemberian MPASI dengan gizi seimbang. Mungkin Ayah dan Bunda menemui hambatan makan pada anak. Misal anak membenci makanan tertentu, anak lebih suka minum susu daripada makan, dsb. Yang perlu dilakukan menghadapi ini semua adalah TENANG. Dengan kepala dingin kita bisa membuat solusi. Misalnya anak tidak suka makan nasi, jangan senewen dulu. Nasi bukan satu-satunya sumber karbohidrat, carilah informasi pengganti jenis makanan tersebut dengan kandungan nutrisi yang sama. Misal nasi di ganti dengan roti, mie, kentang dll (Jangan keseringan makan mie dan roti juga ya). Atau misal nasinya di variasi dengan olahan berbeda atau di bentuk lucu seperti Bento.

Punya anak montok dan gendut selalu sajak di identikkan dengan kata sehat. Hati-hati ya, obesitas dan diabetes juga bisa dialami oleh anak-anak. Jadi yang perlu kita pastikan adalah Si kecil tumbuh sesuai dengan usia dan perkembangannya. Sebaiknya sejak dini anak juga ajari membatasi penggunaan Gula, Garam dan Minyak. Karena pembiasaan makan yang sehat berawal dari rumah.
  • Stimulasi


Siapa pernah nonton film Tarzan? Kita bisa lihat Tarzan dibesarkan di hutan oleh sekawanan Gorila. Maka dia pun tumbuh besar selayaknya Gorila. Nah, Si kecil akan tumbuh menjadi manusia sesuai dengan apa yang dia pelajari dari lingkungannya.

Si kecil belajar dengan semua indera yang dimilikinya. Tiga tahun pertama adalah periode emas. Apa yang dilihat, diraba, dirasa, didengar akan terekam dalam otaknya. Nah demikianlah manusia, sebanyak dan sedini mungkin stimulasi yang diberikan akan menambah pengalaman dan wawasannya.

Jangan berpikir stimulasi adalah sesuatu yang rumit dan harus dengan barang-barang mahal loh. Pijatan lembut kita kepada anak juga bisa jadi stimulasi awal. Dan stimulasi dasar lainnya adalah agar anak mengenal dan memahami apa yang ada disekitarnya.

Bicara tentang stimulasi, ada tips dari Dra. Ratih Ibrahim mengenai Pemberian Stimulasi untuk Si Kecil:
  1. Dimulai dengan rumah sendiri, dari sini di kecil kita ajak mengenal tempat dimana dia tinggal, mengenal ruang-ruang yang ada dengan fungsinya, mengenali barang-barang yang ada di rumah dengan fungsinya. Terdengar sepele, tapi sangat mendasar.
  2. Ruang paling asyik di rumah adalah Dapur. Di dapur banyak sekali barang yang bisa di eksplor oleh si kecil. Bahkan kita bisa melibatkan si kecil dalam kegiatan di dalam dapur. Misal memotong sayuran (sebaiknya sayuran yang tidak memerlukan pisau), ikut memilih menu, atau sekedar bermain-main dengan perabotan dapur. Ini akan menjadi kegiatan yang menyenangkan sekaligus si kecil belajar banyak hal.
  3. Mengenal alam. Jangan buru-buru menafsirkan alam yang dimaksud adalah pergi ke pantai, laut atau mendaki gunung bersama. Bisa saja sesekali Ayah dan Bunda mengajak si kecil mengunjungi tempat-tempat tersebut. Tapi alam pertama yang perlu untuk di eksplor si kecil adalah Lingkungan tempat dimana dia tinggal. Ajak si kecil keluar rumah sekedar merasakan hangatnya matahari, keliling komplek, bermain batu atau pasir, dan bertegur sapa dengan tetangga. Jangan takut Si kecil sakit karena bermain batu, pasir atau lainnya. Jika si kecil kebutuhan gizi nya terpenuhi maka tubuhnya akan terlindungi dari penyakit.
  4. Sediakan Bidang yang luas. Pada dasarnya anak akan suka mencorat coret dan bahkan di tembok. Kalau tidak ingin tembok kotor, lapisi tembok dengan kertas karton atau wall sticker khsusu whiteboard. Selain bermain dengan spidol, ajak juga anak bermain warna dengan bermain finger print. Berikan warna-warna cerah. Agar lebih aman kita bisa loh membuat sendiri bahan finger print dirumah tanpa harus beli.
  5. Beraktifitas seru. Anak yang aktif dan kreatif tentunya tidak lahir begitu saja. Pengalamannya harus di isi, hati atau jiwanya pun demikian. Bermain guling-gulingan atau sekedar bermain tebak kata dan permaianan seru lainnya bersama ayah dan buda tidak hanya akan melengkapi kebahagiaannya sehingga emosi positifnya akan hadir tapi juga memberikan pengalaman baru.



Siapa sih orangtua yang tidak sayang dengan anaknya? Tapi yang perlu di ingat, berikan anak apa yang mereka butuhkan bukan yang mereka inginkan.

2 komentar:

  1. Ketiga hal di atas sebenarnya nggak pakai mahal, asalkan ayah dan bundanya kreatif, ya.... Thank atas sharingnya, Mak Pita

    BalasHapus