Pernah jadi anak-anak kan? Pernah ngerasain di marahin orangtua? Gimana rasanya, enak gak? Pasti pada sepakat bilang "NGGAK!".
Nah semstinya sih saat akhirnya kita menjadi orang
dewasa, pengalaman nggak enak itu kita jadikan pelajaran untuk menjadi sosok
orang dewasa yang lebih menyengkan. Coba deh inget-inget berapa banyak nasehat
ortu kita, yang nyantol dan masih kita ingat sampai detik ini. Pasti pusing
nih mengingatnya, karena yang muncul cuma rekaman-rekaman ortu yang lagi
ngomel-ngomel hihihi.
Saat anak berbuat kesalahan yang bikin kita gemes
sampai ke ubun-ubun, marah-marah adalah cara paling efektif
. Efektif buat apa? Ya buat melampiaskan kekesalan kita lah hehehe. Alhasil kata-kata yang keluar saat marah-marah tersebut berentet kayak kereta api jurusan jakarta surabaya yang terdiri dari seratus gerbong hahaha.
. Efektif buat apa? Ya buat melampiaskan kekesalan kita lah hehehe. Alhasil kata-kata yang keluar saat marah-marah tersebut berentet kayak kereta api jurusan jakarta surabaya yang terdiri dari seratus gerbong hahaha.
Tapi tahu gak sih, nyatanya momen marah-marah tersebut
yang kita harap bisa membuat kesalahan tersebut tidak terulang lagi oleh si
kecil dimasa yang akan datang bisa jadi cuma menjadi mimpi manis para orang
dewasa. Kenapa? Karena fokus anak yang masih terbatas membuat mereka kesulitan
menerima atau mengikuti perintah berurutan. Apalagi disampaikan sambil
marah-marah, hiiiy yakin deh yang di inget sama mereka adalah ekspresi nggak
enak yang muncul di wajah kita dan perasaan nggak nyaman tentunya. Dan di masa
yang akan datang demi tidak tercipta moment gak enak tersebut, saat kesalahan yang
sama kembali muncul si anak memilih untuk berbohong kalau bukan dia penyebab
kekacauan yang ada. Dan orang dewasa yang menerima kebohongan justru akan
semakin marah. Grrrrr... Auuuuuu :p
Trus gimana donk solusinya biar sama-sama enak?
Sebelumnya gue mau cerita dulu nih pengalaman waktu
jaman masih gadis dulu. Kisah ini terjadi saat dua keponakan gue yang masih
unyil-unyil (Opal dan Nabila usia 4 dan 3 tahun) berbuat kesalahan yang banyak
dilakukan anak lain yaitu nyorat nyoret pake lipstik emaknya hihihi.
Gue kaget dan sebel lah, itu coretan bertengger manis
di cermin besar di kamar gue. Walaupun gue akuin tulisannya membanggakan, si
Mas Opal (4 tahun) nulis huruf-huruf hijaiyah oleh-oleh dari mengaji di TPA.
Tapi tetep ajah rasa gak terima bikin gue lari menghampiri bocah-bocah itu
sambil marah-marah. Tapi ternyata mereka gak ngaku, dan bikin gue tambah kesel.
Setelah puas gue pergi meninggalkan kedua anak tersebut, dengan harapan tidak
ada kesalahan yang sama.
Tapi beberapa waktu kemudian, tadaaaaaa... keulang
lagi Bo!
Tapi kali ini gue udah punya senjata baru. So yang gue lakukan pertama kali untuk mengklarifikasi kepada para tersangka (masih terduga deh hehehe) adalah menenangkan diri. Yups ini penting, karena misi gue kali ini adalah bukan mencari pelaku. Melainkan mencari dan meluruskan kebenaran.
Setelah agak tenang, gue panggil terduga tersangka yang paling besar dulu karena sudah lebih lancar berkomunikasinya. Dengan suara manis manja penuh rayuan gue panggil Mas Opal, dan memintanya duduk di pangkuan gue. Meski tantenya itu terdengar lebih menyeramkan dengan suara mirip Cintah Lorah keselek sambel nyatanya itu anak nurut ajah kok hihihi.
Kali ini si jurus jitu saya keluarkan, yaitu DONGENG.
Maksudnya? Jadi gini, ini kisah terjadi sebelum gue kenal dongeng dan tentunya belum jadi pendongeng profesional dong. Setelah gue belajar teknik mendongeng gue coba praktekkan ke keponakan sendiri dulu.
Lanjut, setelah si Mas Opal duduk dalam pangkuan gue mulai berkisah. Sederhana saja, tentang gue yang pergi jalan-jalan ke mall dan menemukan sebuah benda berwarna-warni bernama lipstik. Gue jelaskan ke Mas Opal tentang fungsi lipstik untuk mewarnai bibir wanita dsb. Gak lupa di sela-sela cerita gue pancing responnya agar menjadi komunikasi dua arah (tsaaaah). Di akhir cerita gue sampaikan kesedihan karena lipstik gue ternyata rusak (sambil nunjukin lipstik yang tinggal tempatnya ajah hiks) dan gue sedang mencari tahu sebabnya.
Dan sangat tidak terduga, gue akhirnya mendapatkan pengakuan dari Mas Opal kalau sebetulnya dialah pelakunya. Malah gue dapet tambahan bonus loh, si Mas Opal minta maaf karena ternyata dia baru paham kalau yang dia lakukan salah. Cuma dapat pengakuan ajah gue udah lega, di tambah dapet permintaan maaf rasanya lupa deh sama si lipstik.
Dari cerita gue itu memang gue sisipkan pesan tentang fungsi utama si lipstik agar Mas Opal paham. Sehingga meminimalisir kesalahan terulang lain waktu. Dan ternyata berhasil. Selain gak dipakai corat coret lagi, si Mas Opal merasa gak perlu pake lipstik karena dia laki-laki hihihi.
Setelah di pikir-pikir kalau lipstik rusak kita masih punya uang untuk beli baru. Tapi kalau hati anak rusak menerima omelan emaknya karena ngerusak lipstik dimana kita bisa beli yang baru? Eh gue masih dapat bonus lainnya loh hehehe... Bonusnya adalah keriput berkurang karena jarang ngomel-ngomel lagi hahaha...
Memang enaknya dongeng itu lebih fleksibel. Setiap diminta mengisi dongeng, saya cukup tanya sama klien tema dan pesan apa yang ingin disampaikan. Tinggal create cerita sesuai kebutuhan deh. So, masih mau ngomel-ngomel? :p
Tapi kali ini gue udah punya senjata baru. So yang gue lakukan pertama kali untuk mengklarifikasi kepada para tersangka (masih terduga deh hehehe) adalah menenangkan diri. Yups ini penting, karena misi gue kali ini adalah bukan mencari pelaku. Melainkan mencari dan meluruskan kebenaran.
Setelah agak tenang, gue panggil terduga tersangka yang paling besar dulu karena sudah lebih lancar berkomunikasinya. Dengan suara manis manja penuh rayuan gue panggil Mas Opal, dan memintanya duduk di pangkuan gue. Meski tantenya itu terdengar lebih menyeramkan dengan suara mirip Cintah Lorah keselek sambel nyatanya itu anak nurut ajah kok hihihi.
Kali ini si jurus jitu saya keluarkan, yaitu DONGENG.
Maksudnya? Jadi gini, ini kisah terjadi sebelum gue kenal dongeng dan tentunya belum jadi pendongeng profesional dong. Setelah gue belajar teknik mendongeng gue coba praktekkan ke keponakan sendiri dulu.
Lanjut, setelah si Mas Opal duduk dalam pangkuan gue mulai berkisah. Sederhana saja, tentang gue yang pergi jalan-jalan ke mall dan menemukan sebuah benda berwarna-warni bernama lipstik. Gue jelaskan ke Mas Opal tentang fungsi lipstik untuk mewarnai bibir wanita dsb. Gak lupa di sela-sela cerita gue pancing responnya agar menjadi komunikasi dua arah (tsaaaah). Di akhir cerita gue sampaikan kesedihan karena lipstik gue ternyata rusak (sambil nunjukin lipstik yang tinggal tempatnya ajah hiks) dan gue sedang mencari tahu sebabnya.
Dan sangat tidak terduga, gue akhirnya mendapatkan pengakuan dari Mas Opal kalau sebetulnya dialah pelakunya. Malah gue dapet tambahan bonus loh, si Mas Opal minta maaf karena ternyata dia baru paham kalau yang dia lakukan salah. Cuma dapat pengakuan ajah gue udah lega, di tambah dapet permintaan maaf rasanya lupa deh sama si lipstik.
Dari cerita gue itu memang gue sisipkan pesan tentang fungsi utama si lipstik agar Mas Opal paham. Sehingga meminimalisir kesalahan terulang lain waktu. Dan ternyata berhasil. Selain gak dipakai corat coret lagi, si Mas Opal merasa gak perlu pake lipstik karena dia laki-laki hihihi.
Setelah di pikir-pikir kalau lipstik rusak kita masih punya uang untuk beli baru. Tapi kalau hati anak rusak menerima omelan emaknya karena ngerusak lipstik dimana kita bisa beli yang baru? Eh gue masih dapat bonus lainnya loh hehehe... Bonusnya adalah keriput berkurang karena jarang ngomel-ngomel lagi hahaha...
Memang enaknya dongeng itu lebih fleksibel. Setiap diminta mengisi dongeng, saya cukup tanya sama klien tema dan pesan apa yang ingin disampaikan. Tinggal create cerita sesuai kebutuhan deh. So, masih mau ngomel-ngomel? :p
Hadeeeh ga bisa ngedongeng iki piye hiks
BalasHapusGuampaaaaang mbaaaa... Insya Allah bisa deh klo dah niat
Hapusiya bener kadang dengan kita mancing bercerita atau mendongeng anak jadi mau kasih umpan cerita balik ke kita
BalasHapusBetuuuuul
HapusHihihihi bonus keriput berkurang, saya suka saya suka :D
BalasHapusIni serius dulu jaman masih gadis di kira dah emak2. Sejak dongeng jadi di kirs gadis terus hahaha
HapusOMG, ini baru kejadian nih bbrp hr lalu... lipstik ku dipake nyoret di dinding -___-. Untungnyaaaaaa, pake cat yg noda2nya bisa ilang dengan di semprot air.. tapi nasib si lipstik lgs jd almarhum -__-... cuma, saat itu aku juga ga mw marahin si kecil sih mbak, krn aku sadar, itu salahku naro lipstik sembarangan.. udh tau umur2 3.5 thn gini anak kecil penasaran trs bawaannya... jdnya, setelah narik napas ampe kesel ilang, baru deh manggil si kaka utk diksh tau ;p.. alasannya nyoret krn dia ga nemuin kertas... dan lipstik itu dikira krayon wkwkwkwkw.... lgs besoknya aku beliin 1 rim khusus utk dia coret2 ;p
BalasHapusKlo aku udah taruh di tempat yang bener hehehe. Cuma emang dasarnya bocah lagi suka eksplor gitu deh
HapusPR, belajar dongeng ah.
BalasHapusSi bungsu ini sangat sensitif, padahal aku ngomong nggak pakai nada tinggi tapi kalimatnya kurang menyenangkan buat dia, sudah ngambek saja.