Moment bersama TNI AD saat jadi Pendongeng, menunggu kesempatan bisa bersinergi bersama saat menjadi Blogger |
Yah sebetulnya kalau mau dibilang enak ya pasti ada enaknya ada nggaknya. Tapi sama halnya dengan profesi-profesi lainnya. Blogger adalah suatu profesi yang harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
Apalagi setelah pindah dari Banjarmasin ke Ibukota Jakarta (depok sih tepatnya), banyak teman-teman blogger daerah yang kemudian bilang "Wah Asyik nih Pita pindah ke Jakarta bakalan jadi blogger eksis dan banyak event."
Padahal kenyataannya... emak-emak dengan batita macam gue kadang harus menerima kenyataan dengan penolakan-penolakan klien yang ketika mengundang gue tanya "Boleh bawa anak gak?" hihihi
Tapi gue sih memaklumi karena kehadiran anak kecil, apalagi event yang formal bisa sangat mengganggu. Bahkan event yang temanya parenting sekalipun sedikit sekali yang memperbolehkan bawa anak. Dari sekian event baru sekali gue mendapati penyelenggara begitu serius memperhatikan keberadaan anak dengan menyediakan playground plus teacher yang menjaga. Gue pun bener-bener merasakan bisa fokus menyimak dan mencatat materi selama acara berlangsung.
Nah tapi itu tadi balik lagi, bahwa jadi blogger itu gak selalu enak. Kalau sudah kaitannya dengan Tanggung Jawab, maka banyak hal yang harus dicermati. Tapi karena ada hubungannya dengan tulis menulis, pastinya yang paling utama yang perlu diperhatikan adalah Konten yang ditulis.
Ada persiapan agar tulisan yang dihidangkan ke publik, dan yang utama adalah "DATA". Menulis tanpa data hanya akan menjadi tulisan 'kosong'. Data pun harus jeli dan akurat. Sehingga jika ada yang membantah kita bisa mempertanggung jawabkan.
Data ini bisa diperolah dengan membaca literatur, melakukan riset, wawancara langsung dengan narasumber atau melalui pengamatan yang mendalam.
So, biar terlihat perbedaan antara mana blogger mana netizen julid ya ada pada prosesnya. Menurut gue blogger harus lebih elegan. Bukan hanya tercermin dari tulisannya di blog tapi juga postingan-postingan di media sosialnya. Karena profesi blogger biasanya juga tidak jauh dari profesi Buzzer dan Influencer.
Keamanan dan Perdamaian Negara, Tugas siapa?
Oke kali ini gue mau membahas tentang dampak tulisan. Gue pribadi termasuk yang gampang terpengaruh dengan tulisan-tulisan di media sosial khususnya. Itulah akhirnya kenapa gue memutuskan meng-unfriend orang-orang yang kalau bikin status galau, ngeluh terus, atau suka misuh-misuh soal politik. Tambah sebel lagi kalau ada yang share dari media-media yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Langsung auto unfriend.
Walaupun teman dekat sendiri, tetep auto unfriend. Karena terlalu sering baca tulisan provokatif dan negatif apalagi hoax akan kebawa ke kehidupan sehari-hari. Bawaan jadi gampang galau dan ngeluh karena melihat postingan-postingan isinya ngeluh terus. Atau bawaan jadi curigaan terus sama orang karena postingan-postingan yang negatif. Jadi gampang nyinyir sama orang lain yang kita bahkan gak kenal, misal artis, tokoh politik, pemerintah dsb.
Gerah banget rasanya lihat timeline media sosial apalagi di masa jelang pemilu seperti beberapa waktu lalu. Ya setiap orang punya hak untuk mendukung siapa-siapanya. Tapi daripada ribut menjatuhkan paslon lain kenapa gak share kelebihan paslon pilihan. Lebih elegan juga kan. Lagian share keburukan, iya kalau bener. Kalau gak bener kan jatuhnya fitnah.
Bukan gak mungkin di luar sana orang kayak gue gak ada (gampang terpengaruh dengan tulisan-tulisan di media sosial). Makanya yuk lah yuuuuk yang hobinya nyinyir di medsos coba di kurang-kurangin laaaaah. Bikin postingan yang santai-santai ajah.
Kalau memang ada informasi yang benar (menurut kita) coba redaksinya disusun dengan cara yang menarik. Tidak harus dengan kalimat-kalimat provokasi.
Kalau di tanya menjaga keamanan tugas siapa? Ya tugas semua orang lah. Trus polisi, TNI dsb apa tugasnya?
Ya elah, namanya juga menjaga ya tugas bersama. Kalau ditanya siapa yang berwenang secara institusi untuk menegakkan kemanan dan ketertiban baru deh jawabannya poilisi, TNI dan lain-lain yang sudah di tetapkan oleh negara. Itu kenapa kita tidak bisa main hakim sendiri.
Gue sendiri termasuk dengan lingkungan militer. Karena Babeh dulu kerjanya di sebagai PNS TNI Angkatan Darat. Dari beliau gue belajar bahwa peraturan kadang tidak manusiawi. Tapi peraturan ada untuk menjaga sistem.
Maksudnya gak manusiawi?
Jadi Babeh dulu bekerjanya sebagai staf yang mengatur tanah milik angkatan darat. Babeh sudah biasa menjadi saksi "pengusiran" keluarga purnawirawan (pensiunan) dari rumah dinas. Secara sistem rumah dinas adalah rumah dinas. Bukan rumah pribadi yang menjadi hak milik. Mengusir mereka dari rumah dinas memang terkesan tidak manusiawi. Tapi akan ada sistem yang 'rusak' jika dibiarkan.
Babeh sering sekali cerita, tentang penyesalannya kenapa semasa aktif dulu mereka tidak mengambil rumah. Padahal prosesnya di bantu dan di permudah kantor. Kalau dibiarkan lama-lama dijadikan 'hak milik'. Lalu kalau meminta mereka (yang sudah tidak aktif) untuk pindah di anggap tidak adil, bagaimana dengan tentara-tentara lainnya yang menanti hak mereka menempati rumah dinas tersebut. Maka adil bagi yang mana??
Gue jadi belajar bahwa adil itu terkadang abu-abu. Maka memang sangat berat tugas hakim. Beratnya dunia akhirat.
Sama halnya dengan blogger. Tulisannya akan membawanya di dunia dan akhirat... Maka dari itu gue memilih menulis konten-konten yang sebisa mungkin tidak menjadi sumber perselisihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar