Kata orang lima tahun pertama pernikahan adalah masa yang paling berat. Hari ini tujuh bulan tujuh hari usia pernikahan saya dan suami. Masih jauh menginjak lima tahun. Namun berat rasa pernikahan yang kami jalani, bukan lantaran proses adaptasi kami yang memang baru saling mengenal. Namun beratnya pernikahan kami lantaran adanya gangguan itu.
Gangguan yang datang di hari
kedua usia pernikahan kami. Saat kami sedang memadu kasih berdua, muncul pihak
ke tiga yang mengacaukan moment romantis kami. Ah, jangan duga ornag ketiga itu
adalah wanita yang mengetuk pintu rumah kami sambil menangis dan memegangi
perutnya yang buncit. Insya Allah suami saya lelaki baik-baik.
Pihak ketiga yang muncul tidak
dapat dilihat mata namun gangguannya nyata. Musuh utama manusia sejak Nabi Adam
pertama kali diciptakan Allah sebagai menusia pertama. Syaitan.
Awalnya saya ragu
untuk menulis kisah saya ini. Ini seperti aib. Hanya saja mungkin pengalaman kami ini bisa menjadi vitamin bagi siapa saja yang merasa kehidupan rumah tangganya terlalu berat. Tidak untuk dibandingkan sebetulnya, karena masing-masing rumah tangga tentu berbeda kasus dan situasi. Hanya saja marilah kita yakini bahwa tidak ada cobaan yang tidak sanggup dilalui, karena Allah memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Dan dengan menulis saya pun sedang berupaya menguatkan diri saya sendiri. Mengulas kembali perjuangan saya dan suami yang baru seumur jagung agar terus tegar dan kuat.
untuk menulis kisah saya ini. Ini seperti aib. Hanya saja mungkin pengalaman kami ini bisa menjadi vitamin bagi siapa saja yang merasa kehidupan rumah tangganya terlalu berat. Tidak untuk dibandingkan sebetulnya, karena masing-masing rumah tangga tentu berbeda kasus dan situasi. Hanya saja marilah kita yakini bahwa tidak ada cobaan yang tidak sanggup dilalui, karena Allah memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Dan dengan menulis saya pun sedang berupaya menguatkan diri saya sendiri. Mengulas kembali perjuangan saya dan suami yang baru seumur jagung agar terus tegar dan kuat.
Bagaimana Syaitan itu mengganggu
kami? Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba saja saya berada dalam kondisi
kesurupan. Saya punya riwayat kesurupan memang. Lantaran ada riwayat dari
leluhur dan juga kurangnya ibadah di jaman sekolah dulu. Setelah beberapa kali
ruqyah (pengobatan secara syar’i) alhamdulillah saya tidak pernah lagi
kesurupan.
Namun ternyata kejadian yang sama
terulang, dan kali ini lebih parah. Bukan hanya sekedar kesurupan, namun aksi
saya disertai upaya bunuh diri. Pengakuan dari jin yang mengganggu saya, dia
dikirim oleh seorang wanita yang mengaku menaruh hati dengan suami saya. Saat
disebut nama gadis tersebut, suami mengetahui orangnya namun tidak pernah
bertemu.
Tapi kita harus tahu salah satu
sifat Syaitan yang suka menghasut. Kami tidak ingin begitu saja percaya agar
tidak memfitnah orang lain. Namun jin tersebut begitu kekeuh dan mengaku tidak
bisa keluar sampai tugasnya selesai. Tugasnya adalah membuat saya dan suami
berpisah, atau saya harus mati. Astagfirullah...
Meski kesurupan seringkali saya
sadar apa yang terjadi hanya saja tidak pernah punya daya untuk mengambil alih
tubuh saya. Sehingga saya sering mengetahui detail kejadian tanpa diceritakan
oleh suamu saya. Saya pun sempat berpikir dan khawatir, apakah ini benar
gangguan sihir ataukah jangan-jangan saya memiliki gangguan psikolgis.
Karena misi syaitan itu adalah
membuat saya dan suami terpisah, maka jadilah kesurupan saya muncul setiap kali
berdekatan dengan suami. Bahkan saat acara unduh mantu di Yogya saya hampir
jatuh pingsan lantaran gangguan si Jinny (nama yang diberi suami saya). Namun orang
tidak tahu, mereka kira saya terlampau manja hingga bergelayut di lengan suami
saya.
Gangguan yang datang pun bukan
sekedar kesurupan, atau upaya bunuh diri. Saya pun mencoba belajar apa
sebetulnya yang membuat si Jinny mudah menguasai saya. Rupanya dia berkuasa
saat saya tidak dapat mengendalikan emosi. Saat saya terlalu senang atau
terlalu sedih maka dia berkuasa.
Saat saya berhasil menguasai
emosi saya (ah saya yang ekspresif dipaksa menekan segala emosi jiwa susah
kali), rupanya si jinny tidak habis ide. Maka dibuatnya saya merasakan sakit.
Saya lumayan lemah menahan sakit. Dimulai dari sakit gigi sampai sakit pada
perut. Bahkan saya pernah dibuat tidak bisa melihat, mendengar dan berbicara
secara bersamaan. Saya menjadi tidak berdaya, dan sedih luar biasa. Sepi.
Namun lewat suami saya, saya tahu
tujuan Allah. “Saat kamu tidak bisa melihat, mendengar, bicara dan lumpuh saya
tidak bisa berbuat apa-apa meski di samping kamu. Kamu tidak merasakan kehadiran
saya, maka ingat saja Allah”. Ah kalau bukan karena menulis ulang kisah ini
mungkin saya lupa suami saya berkata begitu. Saya jadi teringat, kata-katanya
itulah yang membuat saya bertambah yakin lelaki di samping saya itu adalah pria
yang baik dan bisa membawa keluarga kami menjadi keluarga yang Samara. Ya, saya
hanya punya Allah. Mungkin itu cara Allah mengenalkan cinta-Nya pada saya.
Lantas apakah kami diam saja
dengan cobaan kami itu? Tentu saja tidak, kami upayakan segala pengobatan ruqyah
syariah. Kami cari pengobatan yang betul-betul syar’i, karena meski berlabel
ustadz banyak orang yang juga menjadikan jin sebagai sekutunya. Kalau demikian
saya dan suami sepakat, bukannya menemukan solusi tapi malah menambah masalah
baru.
Meski syar’i lain Ustadz lain
juga metodenya. Saya sudah mencoba dari bekam di kepala dengan silet dan kepala
saya harus di botak, wanita mana yang tidak sedih mahkota utamanya dipangkas
terlebih kini ada pria yang melihatnya utuh tidak tertutup hijab. Namun
lagi-lagi saya harus bersyukur karena suami ikhlas.
Selain bekam ada juga Ustadz yang
tidak mau bersentuhan sama sekali, ustadz yang keras menggunakan tongkat (sakit
luar biasa prosesnya, jangankan jin saya sendiri merasakan sakitnya saat proses
maupun setelahnya), ada ustadz yang lembut dengan mengajak bicara baik-baik
jinnya, bahkan ada ustadz yang hanya memberikan nasehat pernikahan.
Dari mulai Jakarta, Banjarmasin,
Solo dan Yogya kami sambangi untuk berobat. Dari ustadz yang rumahnya diplosok
sampai yang sudah punya program tivi kami datangi. Tapi inti dari semua itu
adalah ruqyah mandiri. Artinya pasien tidak boleh ketergantungan oleh peruqyah.
Dan inti dari Ruqyah adalah menguatkan tauhid, menguatkan ibadah.
Allah punya cara mengajarkan kami
mencintai-Nya lewat pernikahan kami. Awalnya terasa berat, hanya saja jika hati
sudah dingin dan direnungi, seperti kata orang bilang “Pasti ada hikmahnya”.
Sampai detik ini saya dan suami
masih terus berjuang. Insya Allah ada si kecil yang juga sedang berjuang dalam
rahim saya. Setelah beberapa kali si Jinny mengaku menggagalkan kehamilan saya
menurut pengakuannya, kini ada si kecil yang sedang berjuang. Saya yakin dia
kuat. Namun saya pasrah, seperti saya bilang kelahiran dan kematian adalah hak
Allah. Maka saya dan suami hanya mampu berusaha mengupayakan yang terbaik.
@Kamar_Buku
18-08-2015
20:59 WITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar