Follow Us @curhatdecom

Rabu, 19 Agustus 2015

Tuhan Izinkan Aku Mengeja Cinta-Mu Part 2


Kata orang lima tahun pertama pernikahan adalah masa yang paling berat. Hari ini tujuh bulan tujuh hari usia pernikahan saya dan suami. Masih jauh menginjak lima tahun. Namun berat rasa pernikahan yang kami jalani, bukan lantaran proses adaptasi kami yang memang baru saling mengenal. Namun beratnya pernikahan kami lantaran adanya gangguan itu.

Gangguan yang datang di hari kedua usia pernikahan kami. Saat kami sedang memadu kasih berdua, muncul pihak ke tiga yang mengacaukan moment romantis kami. Ah, jangan duga ornag ketiga itu adalah wanita yang mengetuk pintu rumah kami sambil menangis dan memegangi perutnya yang buncit. Insya Allah suami saya lelaki baik-baik.

Pihak ketiga yang muncul tidak dapat dilihat mata namun gangguannya nyata. Musuh utama manusia sejak Nabi Adam pertama kali diciptakan Allah sebagai menusia pertama. Syaitan.

Awalnya saya ragu
untuk menulis kisah saya ini. Ini seperti aib. Hanya saja mungkin pengalaman kami ini bisa menjadi vitamin bagi siapa saja yang merasa kehidupan rumah tangganya terlalu berat. Tidak untuk dibandingkan sebetulnya, karena masing-masing rumah tangga tentu berbeda kasus dan situasi. Hanya saja marilah kita yakini bahwa tidak ada cobaan yang tidak sanggup dilalui, karena Allah memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Dan dengan menulis saya pun sedang berupaya menguatkan diri saya sendiri. Mengulas kembali perjuangan saya dan suami yang baru seumur jagung agar terus tegar dan kuat.

Bagaimana Syaitan itu mengganggu kami? Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba saja saya berada dalam kondisi kesurupan. Saya punya riwayat kesurupan memang. Lantaran ada riwayat dari leluhur dan juga kurangnya ibadah di jaman sekolah dulu. Setelah beberapa kali ruqyah (pengobatan secara syar’i) alhamdulillah saya tidak pernah lagi kesurupan.

Namun ternyata kejadian yang sama terulang, dan kali ini lebih parah. Bukan hanya sekedar kesurupan, namun aksi saya disertai upaya bunuh diri. Pengakuan dari jin yang mengganggu saya, dia dikirim oleh seorang wanita yang mengaku menaruh hati dengan suami saya. Saat disebut nama gadis tersebut, suami mengetahui orangnya namun tidak pernah bertemu.

Tapi kita harus tahu salah satu sifat Syaitan yang suka menghasut. Kami tidak ingin begitu saja percaya agar tidak memfitnah orang lain. Namun jin tersebut begitu kekeuh dan mengaku tidak bisa keluar sampai tugasnya selesai. Tugasnya adalah membuat saya dan suami berpisah, atau saya harus mati. Astagfirullah...
Meski kesurupan seringkali saya sadar apa yang terjadi hanya saja tidak pernah punya daya untuk mengambil alih tubuh saya. Sehingga saya sering mengetahui detail kejadian tanpa diceritakan oleh suamu saya. Saya pun sempat berpikir dan khawatir, apakah ini benar gangguan sihir ataukah jangan-jangan saya memiliki gangguan psikolgis.

Karena misi syaitan itu adalah membuat saya dan suami terpisah, maka jadilah kesurupan saya muncul setiap kali berdekatan dengan suami. Bahkan saat acara unduh mantu di Yogya saya hampir jatuh pingsan lantaran gangguan si Jinny (nama yang diberi suami saya). Namun orang tidak tahu, mereka kira saya terlampau manja hingga bergelayut di lengan suami saya.

Gangguan yang datang pun bukan sekedar kesurupan, atau upaya bunuh diri. Saya pun mencoba belajar apa sebetulnya yang membuat si Jinny mudah menguasai saya. Rupanya dia berkuasa saat saya tidak dapat mengendalikan emosi. Saat saya terlalu senang atau terlalu sedih maka dia berkuasa.

Saat saya berhasil menguasai emosi saya (ah saya yang ekspresif dipaksa menekan segala emosi jiwa susah kali), rupanya si jinny tidak habis ide. Maka dibuatnya saya merasakan sakit. Saya lumayan lemah menahan sakit. Dimulai dari sakit gigi sampai sakit pada perut. Bahkan saya pernah dibuat tidak bisa melihat, mendengar dan berbicara secara bersamaan. Saya menjadi tidak berdaya, dan sedih luar biasa. Sepi.

Namun lewat suami saya, saya tahu tujuan Allah. “Saat kamu tidak bisa melihat, mendengar, bicara dan lumpuh saya tidak bisa berbuat apa-apa meski di samping kamu. Kamu tidak merasakan kehadiran saya, maka ingat saja Allah”. Ah kalau bukan karena menulis ulang kisah ini mungkin saya lupa suami saya berkata begitu. Saya jadi teringat, kata-katanya itulah yang membuat saya bertambah yakin lelaki di samping saya itu adalah pria yang baik dan bisa membawa keluarga kami menjadi keluarga yang Samara. Ya, saya hanya punya Allah. Mungkin itu cara Allah mengenalkan cinta-Nya pada saya.

Lantas apakah kami diam saja dengan cobaan kami itu? Tentu saja tidak, kami upayakan segala pengobatan ruqyah syariah. Kami cari pengobatan yang betul-betul syar’i, karena meski berlabel ustadz banyak orang yang juga menjadikan jin sebagai sekutunya. Kalau demikian saya dan suami sepakat, bukannya menemukan solusi tapi malah menambah masalah baru.

Meski syar’i lain Ustadz lain juga metodenya. Saya sudah mencoba dari bekam di kepala dengan silet dan kepala saya harus di botak, wanita mana yang tidak sedih mahkota utamanya dipangkas terlebih kini ada pria yang melihatnya utuh tidak tertutup hijab. Namun lagi-lagi saya harus bersyukur karena suami ikhlas.

Selain bekam ada juga Ustadz yang tidak mau bersentuhan sama sekali, ustadz yang keras menggunakan tongkat (sakit luar biasa prosesnya, jangankan jin saya sendiri merasakan sakitnya saat proses maupun setelahnya), ada ustadz yang lembut dengan mengajak bicara baik-baik jinnya, bahkan ada ustadz yang hanya memberikan nasehat pernikahan.

Dari mulai Jakarta, Banjarmasin, Solo dan Yogya kami sambangi untuk berobat. Dari ustadz yang rumahnya diplosok sampai yang sudah punya program tivi kami datangi. Tapi inti dari semua itu adalah ruqyah mandiri. Artinya pasien tidak boleh ketergantungan oleh peruqyah. Dan inti dari Ruqyah adalah menguatkan tauhid, menguatkan ibadah.

Allah punya cara mengajarkan kami mencintai-Nya lewat pernikahan kami. Awalnya terasa berat, hanya saja jika hati sudah dingin dan direnungi, seperti kata orang bilang “Pasti ada hikmahnya”.

Sampai detik ini saya dan suami masih terus berjuang. Insya Allah ada si kecil yang juga sedang berjuang dalam rahim saya. Setelah beberapa kali si Jinny mengaku menggagalkan kehamilan saya menurut pengakuannya, kini ada si kecil yang sedang berjuang. Saya yakin dia kuat. Namun saya pasrah, seperti saya bilang kelahiran dan kematian adalah hak Allah. Maka saya dan suami hanya mampu berusaha mengupayakan yang terbaik.

@Kamar_Buku
18-08-2015

20:59 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar