Follow Us @curhatdecom

Rabu, 02 November 2016

Ta'aruf Yang Berujung Teror


Salam hormat kepada para jombloers semua. Jangan sedih kalau jodohmu belum datang. Gue ajah menjomblo selama 25 tahun, akhirnya bisa menikah hehehe (bukan pamer yak kwkwkwkw)

Bagi gue untuk bisa menuju pelaminan, masalahnya bukan cuma calonnya yang belum ada. Tapi, juga restu dari Ortu (emak khususnya) yang request-nya macem-macem. Harus satu suku lah, harus mapan lah, harus ini dan itu dan masih banyak lagi. Belum lagi status gue waktu itu masih jadi mahasiswa. Cita-cita terbesar emak waktu itu adalah anak-anaknya bisa jadi PNS/Pegawai. Trus bisa dapet suami yang pegawai juga. Tapi setelah dipikir-pikir susah kali kalau dapet jodoh satu kantor, yang ada salah satunya biasanya diminta melepaskan jabatan.

Oh iya, dari awal gue emang gak pengen pacaran. Meski sempet punya TTM-an baik nyata maupun Maya (aduh sumpah jangan ditiru yak). Dan karena keseringan jadi tempat curhat temen-temen cowok yang galau pacarnya di mana-mana gue putuskan bahwa kelak laki-laki yang mau serius sama gue akan datang langsung ke orangtua gue melamar. Klo dipikir-pikir sapa gue yak, cakep kagak punya standart begitu kwkwkw. Tapi gak papa itu namanya cita-cita.

Nah kalau gak punya pacar trus gimana cara biar bisa ketemu sama jodoh? Ta'aruf laaaaah...

Eh gue pernah loh ada pada masa hopeless apalagi setelah baca novel "Bidadari-Bidadari Surga" gue pasrah sama Allah. Katanya setiap orang diciptakan berpasang-pasangan, namun nyatanya ada ajah yang sudah meninggal sebelum menikah. Jadi gue pasrah se-pasrah pasrahnya. Tapi tetep ikhtiar dengan pakai jurus "mepet-mepet" segala potensi.

Entah berapa "proposal cinta" sudah gue send ke teman-teman untuk ikhtiar. Sampai suatu hari iseng ngomong sama mba Galuh, "Mba, entah kenapa gue kok mendadak yakin bisa menikah tahun ini (2014) trus tinggal di Depok" yang langsung di aamiinkan sama sohib gue itu.

Gak tahunya 3 hari kemudian mba Galuh nawarin gue Ta'aruf sama seseorang. "Pit, gue rasa ini jawaban dari keyakinan loe tempo hari." Ternyata laki-laki yang mengajukan diri tersebut merupakan refrensi dari guru ngaji tahsin yang waktu itu kami undang untuk mengajari kami di TBM Rumah Cahaya FLP Depok.

Oke langkah pertama yang gue lakukan setelah bertukar "proposal cinta" adalah meminta izin ortu (terutama Emak). Rupanya emak merasa berat, karena si pria berdarah blasteran (Jawa-Betawi). Sedangkan request emak adalah Jawa tulen. Gue sedikit melobi dengan bilang, "siapa tahu Mak jodoh pita bukan orang jawa". Tapi rupanya sampai detik akhir emak masih berat.

Meski belum mengantongi restu, namanya ta'aruf kan kita coba penjajakan dulu ya. So gak ada alasan gue untuk tidak berkomunikasi dengan pria itu. Tapi ternyata kami memiliki persepsi berbeda soal ta'aruf dan gue mulai merasa gak nyaman.

Pertama, pria itu mulai menuliskan kata-kata pujian berlebihan terhadap gue padahal kami belum pernah ketemu. Pria itu juga mengucapkan terima kasih sudah menerima dia apa adanya. Dari sms-sms nya seolah-olah kami sudah "jadian" yang kemudian gue tegaskan kalau kami masih penjajakan. Ta'aruf gak mesti pasti jadi Bos! Dan kalau gak salah ingat memang ada satu sms nya yang mengklaim kalau kami sudah jadian. What?! Hello... Loe ngerti konsep Ta'aruf gak sih?!

Kedua, orangnya maksa banget. Kebetulan gue ikut liburan ke Singapore dari kantor. Bo, itu sms dari luar negeri pan mahal ye. Pulsa gue habis donk buat sms. Gue udah izin tidak bisa membalas sms karena sedang di luar kota (ceritanya gak mau sombong jadi bohong dikit). Tapi karena kekeuh sms terus gue bilang ajah jujur lagi di luar negeri, sms-an mahal pulsa sekarat. Eh tau-tau pria itu ngisiin gue pulsa. Yang dengan tegas gue klariikasi itu gak perlu karena gue belum jadi siapa-siapa. Dan yaelah pulsanya juga cuma cukup buat bales 3x sms dia doank sih.

Ketiga, selain memuji berlebihan yang puncaknya adalah tau-tau dia say "I Love U". Kita belum pernah ketemu dan doi kok bisa-bisanya bilang gitu?? So Fix gue akhirnya bilang baik-baik ke perantara gue (yaitu Ustadzah) gue membatalkan proses ini. Sambil menunjukkan sms-sms yang berlebihan sebagai alasan terkuat agar ustadzah tidak tersinggung.

Yang gue kaget ternyata ustadzahnya juga minta maaf, karena ternyata pria yang dikenalkan ke gue terlalu agresif. Pernah suatu ketika si pria ini mendatangi masjid tempat ustadzah sedang pengajian dan berharap ada gue. Padahal gue kan ngajinya gak disitu. Trus dengan exited nanya ke ustadzah kira-kira kasih kado apa ya ke gue yang bentar lagi ultah. Sama ustadzahnya di nasehatin gak usah macem-macem. Gue belum jadi siapa-siapanya, dan mending kalau ada rezeki ditabung untuk biaya nikah atau mahar.

Ustadzahnya juga minta maaf, karena ternyata beliau sebetulnya tidak mengenal pria ini secara personal. Pria ini datang kepada ustadzah atas refrensi kawannya yang sukses bertemu jodohnya lewat ustadzah ini. Di sini gue agak kecewa. Memang seharusnya, etika dalam menjadi comblang setidaknya kita sudah mengenal baik orang yang akan dikenalkan. Sehingga bisa secara proporsional memberikan gambaran kekurangan dan kelebihan agar tidak bagai "menjual" kucing dalam karung.

Dan orang yang paling lega dan bahagia mendengar kabar ini adalah Emak dan kakak ipar gue. Emak langsung mengucap syukur dengan terbata-bata (waktu itu kena gangguan syaraf ringan) katanya emak gak tenang selama gue menjalani proses ini. Duh Mak feelingnya kuat banget sih, iya emang gue gak tenang bangeeeets.

Kakak ipar gue yang emang ustadz juga sempat mendiskusikan pekerjaan pria ini yang bekerja di toko elektronik yang sistemnya kredit. "Pikir lagi pit, kasihan anak-anakmu dikasih nafkah dari uang riba".

Setelah berakhirnya proses itu gue kira gue bisa melanjutkan kehidupan normal gue. Sebaliknya, gue mulai mendapatkan teror dari si pria. Dia gak terima kalau gue memutuskan dia sepihak (kita ta'aruf bukan jadian!). Sudah dengan kalimat penuh santun dan tertata rapi gue jelaskan baik-baik tapi si pria itu tetap marah lewat sms (telpon gue reject karena males).

Trus dia ngungkit-ngungkit pulsa. Ya ampuuun gue cuma di beliin pulsa 50rb terus itu artinya gue jadi milik lo? Belum lagi dia menghina gue lewat sms-smsnya. Katanya gue gak seperti yang dia bayangkan, gue adalah perempuan munafik, jauh berbeda dengan apa yang gue tulis. Laaaah emang gue nulis apaan? Gue nulis padahal gak muluk-muluk, insya Allah apa adanya.

Belum lagi dia menuduh penolakan gue karena kekurangannya. Katanya gue nolak dia karena dia miskin. Gaji cuma 1,6 perbulan dan cuma bisa kasih 3jt buat pernikahan dan mahar. Alamaaaaak... padahal dari awal gue bahkan gak keberatan dengan harapan dia yang ingin punya isteri juga bekerja untuk membantu rumah tangga nanti. Bukan materi alesannya.

Dan setiap hari, sehari lebih dari 5x sms gue terima isinya makian dan hinaan. Berhubung rumah dia di depok dan gak jauh dari Rumah Cahaya gue sampai takut ke depok lagi. Gue ngeri kalau tiba-tiba si pria muncul (emang agresif banget sih). Pasalnya gue tulis di profil aktifitas gue di Rumah Cahaya, kalau dia "pinter" bisa googling dan dapetlah alamat rumcay. Udah gitu gue gak begitu paham wajahnya, karena dia print profilnya dengan tinta printer sekarat jadi foto kurang jelas (aduh niat gak sih bikin profil).

Gue saking takut dan paranoidnya sampai nyiapin semprotan merica di tas. Tadinya mau beli stuntgun ternyata lumayan mihil. Setiap lewat jalan rumahnya yang merupakan rute menuju rumcay gue gemeteran dan keringet dingin. Atau lewat margonda dan gue menghindari ke ITC Depok karena kantornya di seberangnya, seluruh tubuh gue gemeter ketakutan. Gue takut si pria itu orang yang nekat.

Tapi alhamdulillah, selang sebulan trauma gue itu bisa hilang karena suport orang-orang terdekat. Dan bahkan gue dipertemukan dengan pria yang sekarang jadi suami dan ayah dari anak gue. Cieeeee...

So saran gue buat yang mau ta'aruf, beberapa point ini harus diperhatikan baik-baik:

  1. Pastikan yang jadi perantara kamu adalah orang yang memang kenal sama yang di referensikan
  2. Pastikan dulu soal agamanya (terutama solatnya)
  3. Minta restu dulu sama orangtua klo di acc baru lanjut (menurut gue ridho ortu nomor satu)
  4. Kepo-in doi lewat orang terdekatnya (keluarga, sahabat, dll) juga dari sosial medianya. HRD ajah ngecek medsos pelamar kerja loh hihihi
  5. Meski di kejar "deadline" jangan maksain diri. Jodoh itu unik, di paksakan kayak apa juga kita gak bisa nolak ataupun nerima.
  6. Istikharah, biarkan Allah yang memberikan petunjuk.

9 komentar:

  1. Wah... ternyata kita sama yah. Aku juga pernah dapet ttm gila yg suka neror. Persis banget.... dikata-katain lewat sms. Bahkan sampe diancem Kalau aku gak bakal selamat. Diungkit2 masalah dia pernah ngasih uang thr (1.000.000) tapi nol nya ngeledinding 1, jadi 100rebu. Heheheee
    Cuman gara2 aku bilang 'kita gak usah berhubungan lg'
    Ya gak mungkin kan aku berhubungan sama orang yang sekarang jadi laki oranglain. Padahal dlu dia loh yg ninggalin...

    Pas udah gedek banget karna diteror mulu, akhirnya aku telpon, aku balikin semua kata2 hinaan dia. Eh malah ditutup...ih ni cowo apa banci. Beraninya sms doang. Dimintain no rekening juga g ngasih2.
    Bahkan teror itu berlangsung bertahun2. Setiap ganti no hp, Dia selalu tau. Ampe cape banget ganti no.
    Padahal sekarang dia udah punya anak2. Tp masih aja berusaha ngontak, pake ngechat 'sudah bisa melupakan yah?'
    Duh jijik banget rasanya, pliss deh...ini udah 4tahun berlalu.

    Maaf ya jadi curhat dimari

    BalasHapus
  2. Mak kasih tips agar kita gak slah pilih lewat taaruf dong..

    Murobbi (guru ngaji) aku ada yg cerai, gara2 suaminya tukang pukul.. (padahal suaminya ngaji udah lamaaa, aktivis juga)

    BalasHapus
  3. Sy juga punya pengalaman buruk soal ta'aruf... tp pas dia sms aneh2 sy tdk pernah balas 1 x pun... smpe2 sy di kirimkan pulsa... dikiranya sy nggak punya pulsa kalii... hahaha... daan sampe skrg sy masih jomblo =( *curhatmak

    BalasHapus
  4. untung nggak jadi sama dia ya, pit. rasanya aku dulu juga pernah mengalami yang kayak gini. asli ganggu banget

    BalasHapus
  5. Serem juga cerita ta'arufnya ya Mba', Alhamdulillah akhirnya dipertemukan dengan jodoh yang baik ya, salam kenal Mba'.. :)

    BalasHapus
  6. Saya jarang nonton infotaintment, nih. Jadi, baru tahu Pita mengalami kisah yang kurang asyik kayak gini. Semoga dia yang menteror itu juga sudah bahagia bersama yang lain...

    BalasHapus
  7. wkwkwkkwkw... parah kisah ta'arufannya bundaro ini. tapi seseram apapun, akan lucu kalau diceritakan kemudian XD

    BalasHapus
  8. Saya nikah baru 3 bulan lewat ta'aruf jamaah, dulu saya kira taaruf itu indah setelah menikah.
    Ternyata tak seperti yg saya duga.
    Istri tak ada kepedulian kepada sy. Jujur rasanya sakit bgt. Dan dari taaruf itu menjadikan saya males ngapain aja. Dari kemasjid sampai kajian sekarang males. Kadang ak berfikir apakah setiap habis nikah seperti itu. Dan memang salah saya sendiri kenapa dulu gk kritis dalam taaruf. Karena memang tidak dibolehkan sms atau wa sama calon. Dan aku kira setiap orang yg mau taaruf itu paham akan agama. Ternyata tak semua paham, dan yg paling ngeri mereka tak paham gimana rumah tangga yang akan dibangun.

    BalasHapus