Teman-teman tahu kan apa itu halte? Yah walaupun di negara
kita halte kurang berfungsi sebagaimana mestinya, setidaknya semua orang tahu
bahwa halte adalah tempat berhentinya kendaraan umum atau tempat untuk transit.
Belakangan gue sedang merenungkan bahwa sepertinya saat ini gue sedang berada
pada “tujuan akhir”, “tujuan salah”, atau mungkin sekedar “transit”.
Sebelum menikah gue berprofesi sebagai pendongeng
profesional. Namanya juga profesional, tentunya ada value yang gue tawarkan
untuk “dijual” bukan sekedar mendongeng seadanya. Tapi sejak menikah, ikut
merantau ke pulau seberang profesi gue seperti kurang mendapatkan apresiasi
secara profesional. Gue pun akhirnya memutuskan untuk istirahat sejenak dan fokus
kepada keluarga kecil gue saat itu.
Kemudian disela mengisi waktu luang, gue putuskan untuk
menulis blog. Membagikan cerita-cerita kehidupan yang gue harap dapat diambil
maknanya, hikmah, dan pembelajaran bagi pembacanya. Dari sejak SD gue suka menulis
puisi, membacakannya di depan kelas atau panggung perpisahan. Setelah SMP gue
suka menulis cerpen karena termotivasi dengan cerita pendek yang ada di majalah
remaja yang sering dibawa teman sekelas. Sampai SMK dan kuliah kebiasaan
menulis cerpen itu berlanjut. Bahkan gue yang gak suka matematika dan memilih
hitung kancing atau nyontek (ups jangan ditiru ya) saat ujian nasional, lebih
sering menggunakan kertas buram untuk menulis cerpen disela-sela ujian.
Masa kuliah adalah masa-masa gue akhirnya mengenal dunia
internet lebih lebar. Tidak hanya sibuk be Yahoo Massanger atau friendster,
tapi kemudian gue membuat akun multiply secara tidak sengaja. Bahkan pernah
sekali menang juara satu lomba menulis Blog dengan hadiah Blackberry sebagai
hadiahnya (gue pernah berdoa, kalau punya Blackberry itu karena gue dapat bukan
beli hahaha). Tapi meski punya akun multiply, gue lebih sering nulis di Catatan
Facebook. Karena akun Fb gue namanya De Pita, akhirnya semua berlabel “De”. Ada
“CurhatDe”, “PuisiDe”, “CerpenDe” dll (mungkin kalian akhirnya paham kenapa
blog ini namanya www.curhatde.com hahaha)
Setelah punya anak tahun 2016, gue ingat salah seorang teman
menyarankan gue untuk menulis Blog. Membagikan cerita dan pengalaman saat
memiliki anak. Karena katanya cara gue merawat anak kekinian banget. Dari mulai
perlengkapan bayi sampai dengan penanganan bayi. Dan dari situlah akhirnya gue
memutuskan membuat blog (lebih tepatnya melanjutkan karena ternyata tahun 2012
pernah bikin blog di blogspot baru diisi beberapa tulisan hahaha). Kemudian
memutuskan untuk membeli domain Juni 2016 (eeeeh berarti bentar lagi waktunya
ngerogoh dompet buat bayar perpanjangan nih kwkwkw)
Gimana, sampai sini kalian sudah bosan belum baca kisah gue?
Karena itu masih pembuka saaay kwkwkw...
Sejak memutuskan TLD (Top Level Domain alias domain
berbayar) ternyata job mulai berdatangan. Gue pun mulai menikmati datangnya barang-barang
untuk diriview atau diendors yang terkadang juga membuat bunyi cling cling pada
celengan gue di bank hahaha. Gue pun mulai gencar untuk mencari informasi
seputar job. Gabung komunitas ini dan itu. Tambah semangat karena ternyata di
grup-grup tersebut banyak informasi yang membuat gue belajar mengembangkan
blog.
Yah namanya juga main di dunia maya, ternyata ada banyak hal
yang terkait dengan alogaritma yang buat gue yang gaptek bikin mumed hahaha.
Jangankan mempelajari SEO, ganti tamplate sendiri aja bikin gue sakit kepala
dua hari dua malam, tambah gendut (cemilan always nemenin), dan yang parahnya
anak sama urusan rumah tangga terbengkalai (so maaf ya yang bosen sama tamplate
gue, gue juga bosen sebetulnya kwkwkwkw. Belum lagi katanya tamplate bisa
ngaruh buat SEO dsb, huft sabar.)
Dan semakin kesini, syarat mengikuti sebuah job sebagai
blogger juga harus diimbangi dengan jumlah follower di sosial media. Padahal
dulu cukup dengan DA (domain Authority. Yah semacam rangking domain gitu). Saat
Follower instagram gue masih 500 minimal untuk dapat job harus 1000. Setelah 1000
tercapai dengan tersengal-sengal, ternyata udah naik jadi 1500. Dan setelah
ngesot-ngesot mencapai 1500, naik lagi jadi 2000. Sekarang belum 2000 udah naik
lagi pakai di atas 10k kwkwkw...
Belum lagi alogaritma google yang baru membuat DA gue yang
sudah di posisi 24 tiba-tiba terjun bebas diangka 10 kwkwkw...
Apakah gue stress? Banget!
Ya Allah apa salah dan dosaku... Selama setahun gue marah
dengan kondisi yang tidak bisa gue menangkan. Stress banget, emosi naik dan
turun. Karena gak mood akhirnya banyak urusan rumah yang harusnya jadi
kewajiban gue terabaikan.
Tapi rupanya kondisi ini membuat gue mengenali siapa diri gue
sendiri. Gue belajar untuk tidak lagi memaksakan apa yang tidak bisa gue raih.
Karena ternyata untuk gue pribadi, menjadi ambisius membuat gue menelantarkan
banyak hal. Merusak mental gue juga. Bahkan pelan-pelan mengacaukan struktur
dalam keluarga gue.
So sebelum semua semakin kacau, gue putuskan untuk menerima.
Proses menerima itu pun sebetulnya naik turun juga loh.
Karena ada aja temen yang komen “Makanya jangan males nulis, jangan males
ikutan BW (blog Walking), jangan males posting sosmed, daaaaaan petuah lainnya.”
Rasanya mau teriak, ya ampun sist lo saat mental gue drop
karena stress bantuin kagak?? Selalu nyindir blognya gak gue baca, punya gue dibaca
gak? Selalu komplain gue gak pernah nengok IG story lah gue klo bikin Story gak
pernah lihat lo nongol duduudu.
Tapi sekarang gue udah tahu, apa yang harus gue lakukan.
Saat bis gue berhenti disebuah halte, yang perlu gue lakukan hanya merenung. Mencukupkan
perjalanan sampai sini, memaksakan berjalan, atau transit ketempat lain.
Gue memilih santai untuk menaiki bus selanjutnya. Gue gak
mau mendorong diri gue melewati batas yang gak gue mampu untuk mengejar bus
yang tertinggal. Kalau dalam perjalanan menunggu ada bus menuju ketempat lain
yang lebih menarik dan layak untuk dicoba kenapa gak. Sambil menunggu bus pun
kalau ada yang nawarin makanan enak, yah jangan ditolak.
Anggap aja gue gak punya passion untuk ini. Gue hanya perlu
mengingat tujuan awal gue memulai sesuatu. Gue hanya perlu bertahan dengan itu.
Setidaknya aktifitas menulis di blog yang sudah bertahun-tahun gue jalani ini
bermanfaat untuk relaksasi pikiran gue. Yes... gue gak boleh lupa, saat mulai
menulis puisi, cerpen, ataupun blog gue punya tujuan. Gue memiliki pesan untuk
dibagikan.
Dan Halte kehidupan ini berlaku tidak hanya untuk dunia
tulis menulis. Tapi segala aspek. Saat Tuhan memberikan kita jeda dari
rutinitas, mungkin itu saat Tuhan meminta kita berpikir. Apakah yang kita
jalani selama ini sudah “benar dengan jalurnya”.
Setiap orang berbeda. Ada yang bisa push dirinya sampai
limit terakhir, ada yang memang mencukupkan dirinya dengan sesuatu yang
dimiliki, dan semua itu pilihan. Apapun yang kamu pilih, pastikan kamu
memutuskan sendiri bukan karena desakan orang lain. Orang lain boleh memberikan
masukkan tapi tetap kita yang memutuskan. Supaya kelak jika ada yang tidak
sesuai, kamu hanya perlu introspeksi diri. Bukan menyalahkan orang lain.
Pemberhentian berikutnya... Halte Menjadi Diri Sendiri...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar