Follow Us @curhatdecom

Selasa, 04 Oktober 2016

Start Up Perlu Ini Untuk Berbisnis | Business Model Canvas


Beberapa waktu yang lalu gue ceritanya ngajak mudik si baby Umaro ke Jakarta. Emaknya sih sebetulnya yang udeh baper pengen jalan-jalan hihihi. Apalagi kangen kulineran di tanah kelahiran. Sekarang yang lagi hapening tuh pesen makanan by ojek online. Dan tahukah sodara-sodara... itu jejeran kuliner kekinian bikin ngeces. Dan kebanyakan dari mereka adalah start up yang memang usinya masih unyu-unyu (uhuk benerin daster inget umur kwkwkw)

Eh tapi gak Cuma di Jakarta loh, sekarang di Banjarmasin juga lagi rame banget kuliner kekinian yang penggagasnya lagi-lagi anak muda. Saya sampe bisik-bisik ke ayah Umaro yang dijawab “Bagus donk memang harusnya anak muda begitu. Memulai bisnis sedini mungkin, tua tinggal memetik hasil.” (ini sumpah wejangan ala bapak-bapak banget berasa kami beneran udah tua kwkwkw)

Oke abaikan umur, karena disini gue mau membahas tentang langkah awal yang harus di lakukan sebelum terjun bebas dalam memulai bisnis. Situ mau perang gak bawa senjata, aduhaaaaai berani nian. Ibarat emak-emak mau ke pasar tanpa bawa list belanjaan tau, yang ada semua dibeli dan sampe rumah nyesel karena gak kepake dan dompet keburu kosong hiks.

Setelah gue mengikuti sebuah kelas Passionpreneur akhir tahun 2014 lalu, gue tercerahkan dengan sebuah langkah memulai bisnis. Setelah itu dengan tegas gue merasa malu karena bisnis yang cuma mondok dalam khayalan gue sesungguhnya adalah bisnis bunuh diri yang bisa bikin gue kehabisan modal dan bahkan menghabiskan waktu.

Langkah sederhana itu adalah dengan terlebih dulu membuat BMC atau Businness Model Canvas. Apa itu? Ini salah satu metode mengenali bisnis kita terlebih dahulu. Sehingga kita terarah dalam menjalankan bisnis tersebut. Bahkan dengan membuat BMC, banyak peluang yang terbaca setelahnya. Atau bahkan bisa memangkas hal sia-sia. Karena biasanya sebagai pemilik bisnis kita sering menganggap ini itu keren padahal gak sesuai dengan produk atau calon pasar.
Contoh BMC


Nah berikut cara membuat BMC:
  1. Designed For, isi nama brand kita. Misal “Toko Maju Mundur Jalan Terus” (Please ini Cuma contoh. Silahkan cari nama yang lebih nge branding hihihi)
  2. Designed By, isi nama kita selaku pembuat BMC.
  3. Date, isi dengan tanggal membuatnya biar kita bisa inget gitu hari bersejarah ini hehehe.
  4. Version, isi dengan versi keberapa BMC yang kita buat ini. Karena untuk bisa melahirkan Brand “Dongeng Si Edu” gue bahkan bisa bikin sampai 7 kali revisi hihi.
  5. Value Propositions, List semua yang akan menjadi daya tarik dan juga kemampuan yang kita miliki. Lebih baik lagi jika kelebihan itu tidak dimiliki oleh kompetitor. Misal Toko Maju Mundur Jalan Terus selalu buka 24 jam sedangkan toko lain tidak ada yang mampu melakukannya.
  6. Customer Segments, disini kita klasifikasikan dengan rinci siapa pasar kita. Apakah perorangan (C), ataukah perusahaan/lembaga (B). Buat juga rincian karakter calon konsumen kita. Jika laki-laki yang seperti apa, usia, pekerjaan dll. Bisa kita buat kelas konsumen dengan B untuk yang ekonominya menengah, A untuk yang lumayan, dan A+ untuk yang duitnya gak ada digitnya :D
  7. Channels, bayangkan bagaimana kita bisa menghubungi mereka. Via Medsos, email, flayer dsb.
  8. Customer Relationship, setelah kita berhasil menjalin kerjasama supaya customer tetap teringat pada kita tentu harus di jaga silaturahminya. Nah silahkan pikirkan caranya dan tulis di kolom ini.
  9. Key Activities, sebagai pelaku bisnis alias owner pikirkan apa tugas kita.
  10. Key Resources, nah kira-kira “properti” apa saja yang di butuhkan agar bisnis kita bisa berjalan lancar.
  11. Key Partners, setelah tahu kegiatan apa saja yang kita bisa lakukan (Kita hanyalah manusia biasa hehehe). Tentu ada pekerjaan yang tetap butuh bantuan orang lain. Misal pembuatan logo, marketer dll. Tulis kebutuhan itu di kolom ini.
  12. Revenue Streams, isi dengan produk-produk yang akan dijual. Oh iya BMC ini gak Cuma buat produk barang ya. Silahkan Jasa pun bisa.
  13. Cost Structure, ini bagian paling asyik tapi paling bikin mumet hehehe. Yaitu bikin perencanaan keuangan. Bikinnya terpisah ajah di excel jangan lupa set dengan rumus-rumusnya. Kalau kita bisa proporsional wuiiih asyik banget deh liat angka-angka di kolom Laba muncul kwkwkw
Ini BMC Perdana, belum lahir Dongeng Si Edu hehehe


Inget ya, bikin BMC gak sekali dua kali kelar loh. Kita bisa endapkan beberapa saat agar lebih fresh. Kemudian kita renungkan lagi. Lebih enak lagi ada mentor atau setidaknya teman yang realistis yang bisa kita ajak share. Karena itu tadi, kita bisa jadi egois selaku pemilik bisnis. Misal gue mau nge dekor Coffe Shop gue dengan warna pink (karena gue cinta pink) tapi sebetulnya Customer Segment gue adalah Eksekutif muda dan rata-rata cowo. Bo?! Gak nyambung kaaaan.

Dan setelah BMC ini jadi, ini bisa jadi panduan kita menyusun Proposal Bisnis yang bisa di ajukan untuk mencari modal, investor atau sekedar di sodorin ke disigner Logo. Karena akhirnya bisnis kita terlihat karakternya, dan bagi disigner logo ini sangat membantu.

Oh iya ayo kita perhatikan tentang Point No 6, Customer Segments. Siapa pasar kita? Dalam berbisnis ada istilah B2B atau B2C. Apa bedanya? B2B atau Business to Business adalah proses berbisnis dengan orang/perusahaan artinya tidak secara langsung ke customer terakhir. Sedangkan B2C atau Business to Customer adalah untuk kita yang menjual langsung ke pembeli terakhir.

Nah sekarang ini kalau kamu mau berbisnis aduhai mudah banget. Ada media sosial yang bisa bantu kamu beriklan. Bahkan sekarang sudah banyak e-Commers yang menyediakan ruang buat kamu berbisnis. Tapi khusus kamu yang yang memang customer segments nya adalah B2B sekarang ada e-comers yang namanya Ralali B2B Marketplace.


Tuh kan ternyata gampang kok memulai bisnis. Yang penting kita ada passion, dan kerja keras. "Bisnis loe apa pit?" Alhamdulillah meski belum besar Dongeng Si Edu masih berjalan hingga saat ini hehehe...

5 komentar:

  1. Langkah awal membuka usaha memang harus matang perencanaannya. Jika tidak bisa mundur di tengah jalan. Terima kasih atas tips-nya, Kak Pita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bermanfaat Mas Donny Alamsyah. Saya minta tanda tangannya dooonk hihihihi

      Hapus
  2. Kenapa diberi nama "Canvas" ya mbak, model bisnisnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena membuat BMC ini bagaikan pelukis yang sedang melukis di atas canvas hehehe (ini murni jawaban saya pribadi)

      Hapus
  3. sama dengan bisnis plan tidak ya ?

    BalasHapus